Mataram – Masa kepemimpinan Gubernur NTB Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah telah masuk empat tahun.
Untuk mengukur kinerja empat tahun kepemimpinan Zul-Rohmi ‘menahkodai’ NTB ini, Lombok Global Institut (Logis) NTB menggelar diskusi publik di Sultan Food Mataram, Kamis, 6 Oktober 2022.
Mengangkat tema “Refleksi Empat Tahun Zul-Rohmi, Peluang dan Tantangan Menuju NTB Gemilang” Logis NTB menghadirkan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, Drs. Wahyudin MM, Guru Besar Universitas Mataram, Prof. Zainal Asikin dan Direktur LeSa Demarkasi NTB, Hasan Masat.
Membuka diskusi, Direktur Logis NTB, M. Fihiruddin, mengatakan dalam forum tersebut sengaja menghadirkan BPS agar masyarakat dapat mengkritisi pemerintah dengan terbiasa menggunakan data.
“Sengaja dalam diskusi ini saya menghadirkan BPS, karena banyak suara-suara di luar yang mengkritisi tanpa data. Kritiknya kadang tidak nyambung dengan data,” katanya.
Pria berjuluk Bibit Unggul NTB ini meminta agar aktivis, masyarakat, pegiat atau LSM dapat membiasakan diri berbicara menggunakan data.
“Jadi mari kita berargumen menggunakan data. Sehingga kesannya tidak asal bunyi alias perampek jelamer kalau dalam bahasa Sasak,” ujarnya.
Kepala BPS NTB Drs. Wahyudin mengatakan ada pergerakan di berbagai sektor pembangunan pada masa kepemimpinan Zul-Rohmi. Dari sini ekonomi, secara Year to Year pergerakan ekonomi NTB mengalami pergerakan di angka lima persen.
Angka lima persen tersebut didominasi dari sektor tambang. Meski demikian, itu mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di NTB.
“Pertumbuhan ekonomi kita saat ini berada di angka lima persen. Sebagian besar disumbang oleh sektor pertambangan. Sektor lainnya yang menyumbang adalah pertanian dan pariwisata melalui sport tourism,” katanya.
Tidak hanya sektor tersebut, di sektor pendidikan, kesehatan dan sosial juga mengalami pergerakan statistik.
Meski tidak terlalu signifikan namun pertumbuhan dari sektor tersebut memberikan dampak jangka panjang yang positif. Wahyudin mencontohkan dengan program beasiswa dan program penanggulangan stunting akan memberikan dampak dalam jangka panjang.
“Kita tidak bisa melihat hasilnya sekarang, karena ini jangka panjang, perlu keberlanjutan sehingga dampaknya di kemudian hari baru bisa kita rasakan,” ujarnya.
Wahyudin memberikan masukan, di sisa masa kepemimpinan Zul-Rohmi, harus bekerja lebih keras lagi untuk mewujudkan NTB gemilang.
“Perlu kerja keras. Kita paham di era Zul-Rohmi kita diguncang gempa dan Covid-19, sehingga semua tidak bisa maksimal. Jadi perlu kerja keras agar bisa mewujudkan apa yang telah direncanakan,” katanya.
Ketua LeSa Demarkasi NTB, Hasan Masat, menilai di masa kepemimpinan Zul-Rohmi masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan dan tidak hanya sebatas wacana. Namun secara makro, Hasan menilai empat tahun kepemimpinan Zul-Rohmi terdapat sisi positif.
Sisi positif dapat terlihat dari keterbukaan informasi publik, transparansi dan pembangunan antara kabupaten dan kota. Namun wacana yang masih menjadi PR harus dapat ditebus atau direalisasikan.
“Selama ini banyak isu-isu yang tidak produktif yang mengemuka tidak subatantif. Banyak yang harus direalisasikan oleh Zul-Rohmi sehingga ada legacy yang fundamental di masa depan,” kata Hasan Masat.
Dia mencontohkan pembangunan jembatan gantung ke Gunung Rinjani, jembatan Kayangan-Tano yang sudah melalui uji kelayakan dan beberapa rencana lainnya yang belum direalisasikan.
Selain itu, ada juga yang perlu dimaksimalkan dan ditangani dengan serius, seperti program kesehatan posyandu keluarga, pengurangan angka stunting, serta program “nol dedoro” atau zero waste.