AmpenanNews.com – Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak hingga saat telah berjumlah 608 ekor sapi. Dari jumlah tersebut tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng).
Dari Empat kecamatan tersebut yakni Kecamatan Praya Tengah, Kecamatan Jonggat, Kecamatan Praya Timur, dan Kecamatan Praya Barat.
“Adapun jumlah sapi yang paling banyak terpapar berada di Desa Kelebuh, Kecamatan Praya Tengah yang berjumlah 400 ekor,” kata Kepala Dinas Pertanian Lombok Tengah Lalu Taufikurahman, Kamis (19/05/22).
Dimana untuk Praya Tengah yang berhasil disembuhkan sebanyak 168 ekor dan yang dipotong paksa ada 1 ekor. Kemudian untuk kecamatan Jonggat ada sebanyak 153 ekor yang berada di Desa Sukerare, Nyerot, Barejulat dan Puyung dengan jumlah yang sudah sembuh sebanyak 19 ekor.
Sedangkan untuk di wilayah Praya Timur ada sebanyak 54 ekor yang berada di Desa Sakraja
“Terakhir di Kecamatan Praya Barat ada 1 ekor. Namun sudah berhasil disembuhkan. Sehingga untuk kasus kematian ternak akibat PMK di Kabupaten Lombok Tengah sampai saat ini masih belum ada,” lanjutnya.
Lalu Taufikurahman juga menyampaikan berbagai penanganan yang telah dilakukan dalam mengatasi wabah PMK pada hewan ternak tersebut. Diantaranya melakukan isolasi, baik untuk ternak sehat ataupun sakit.
“Kemudian bio security di tegakan, seperti pemisahan hewan sakit, pembersihan kandang, disinfektan dan langkah terakhir yaitu pengobatan,” pungkas.
Sementara, salah satu peternak di Desa Kelebuh Hafizal Haeri meminta kepada pemerintah untuk dapat menangani penyakit terhadap sapi itu secepatnya. Selain itu, ia juga berharap supaya pemerintah dapat memberikan para peternak kompensasi.
“Kontribusi pemerintah sampai saat ini masih belum ada, ini sudah banyak yang terkena. Tapi tidak ada kebijakannya,” katanya.
Tidak hanya itu, Hafizal juga memenyinggung atas masih minimnya tenaga kesehatan hewan yang ada di Lombok Tengah. Dengan tenaga medis ternak yang sedikit, sehingga penanganan wabah terhadap hewan ternak otomatis akan terkendala pula.
“Di Lombok Tengah ini juga masih kekurangan dokter hewan. Seperti kemarin harus menunggu hasil dari bali dulu baru dapat ditangani,” pungkasnya. (di)