AmpenanNews. Sekretaris DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Nusa Tenggara Barat(NTB) Iwan Setiawan menyampaikan, terhadap Pengadaan impor sapi bakalan ke Daerah ini merupakan upaya dari DPP HKTI NTB yang sudah berjalan hampir satu Tahun ini.
“Proses ini tidak ujuk-ujuk ada begitu saja, akan tetapi gerakan jemput bola dari ketua HKTI NTB bersama dengan DPN HKTI pusat ini telah membuahkan hasil, dan hari ini upaya tersebut menunjukan tahap akhir dalam bentuk Administrasi” ungkapnya, usai menghadiri penandatanganan MOU dengan PT.Karya Hoqi, Rabu (22/10) di Bagek Papan.
Terhadap lokasi karantina sapi impor ini, Rabu sore (21/10), juga telah dilakukan peninjauan oleh pengurus HKTI di Pelabuhan Gili Mas.
“Alhamdulillah proses ini juga berjalan, tinggal HKTI mengembangkan ke RPH” ucap Iwan.
Kembali di sebutkan Iwan, terkait pengelolaan sapi Brahma bakalan asal Australia ini di Daerah, tidak sedikit yang menganggap ide HKTI tersebut gila. Meski demikian HKTI secara perlahan akan mencoba mengembangkan kepercayaan yang telah di berikan PT.Karya Hoqi tersebut.
“Kedepan kami akan terus melakukan pengembangan dengan Rumah Potong Hewan (RPH)” katanya.
Untuk diketahui, sementara ini HKTI telah menyewa RPH yang ada di Rumak Banyumulek Lombok Barat karena mengingat kapasitas RPH di Kab.Lotim dinilai HKTI belum memungkinkan.
Kendati demikian di awal Tahun mendatang, HKTI akan tetap mencari lokasi RPH di Kab Lotim dengan kapasitas seribu ekor.
Untuk sapi bakalan lanjutnya, HKTI sudah memiliki pangsa pasar, pangsa pasar yang jelas tersebut ada di Timur Tengah, sementara untuk pangsa pasar di Provinsi yang ada di Indonesia itu merupakan kebutuhan lainnya.
“Label PT.Karya Hoqi ini sudah tersedia pangsa pasarnya, bisa di katakan tempat pemotongan hewan terbesar juga akan kita bangun”
Selain itu HKTI NTB juga telah bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi NTB, baik terhadap pemotongan hewan maupun terhadap karantinnya.
Menjawab adanya pertanyaan perubahan iklim antara Australia dan Lombok, persoalan tersebut tidak di risaukan oleh HKTI, karena begitu sapi impor Brahma ini sampai di Daerah akan langsung di karantina.
“Apabila sapi impor ini datang ke Daerah paling tidak selama dua minggu akan di karantina terlebih dahulu, setelah itu baru akan di over ke Masing-masing wilayah di NTB” jelasnya.
Ada dua jenis sapi impor yang akan di pesan oleh HKTI ke Daerah, satu jenis merupakan sapi yang langsung di potong di RPH Rumak Banyumulek Lobar, dan satunya merupakan sapi Brahma bakalan yang akan di pelihara oleh masyarakat.
“Satu ekor sapi Brahma yang di impor HKTI ini beratnya 400 kg hingga 450 kg per ekor, dengan pola pakan permentasi dan hijau-hijauan” katanya
Adapun harapan Sekretaris DPP HKTI NTB, selaku pengurus HKTI NTB ia akan tetap mejaga program tersebut, ia meyakini di awal-awal tidak akan sempurna secara langsung karena mengingat banyak fasilitas yang akan di butuhkan
“Selain terus menjaga program ini, kami juga berinisiatif menyampaikan ke DPN HKTI Pusat untuk membentuk warta tani” katanya
Warta tani HKTI ini kedepannya akan di fungsikan sebagai jendela atas semua potensi HKTI termasuk komunitas pemelihara sapi di Daerah.
“Bekerjasama dengan HKTI tidak memiliki batasan, baik wartawan, PNS maupun Non PNS terlebih masyarakat yang ada di bawah garis kemiskinan dapat bekerjasama dengan program HKTI, kami tidak membatasi, akan tetapi tentu dengan catatan mereka memiliki skil dalam bidang itu”.
“Jadi harus murni peternak dan silahkan” singkatnya
Berbicara terkait dengan program pertama HKTI dalam hal ini penyaluran KUR Peternak, beberapa hari kedepan pengurus HKTI berencana akan menggelar jumpa pers.
“Di sampaikan Iwan, Per hari ini sudah dua kali keluar SK, jadi untuk 2020 ini Ketua DPP HKTI selaku Wabup, telah menetapkan hampir dua Miliar untuk asuransi ternak dan jaminan bunga bank”
Sampai dengan hari ini dari dua SK tersebut hampir 500 peternak yang telah mengambil KUR antara 13,12 10 juta berdasarkan kemampuan para ternak.
“Alhamdulillah, laporan sampai hari ini yang paling gesit penyaluran KUR nya kepada kelompok peternak adalah PT.Bank BNI. Dan saat ini hampir sudah 20 kelompok di layani dan perkelompok itu mengambil 10 juta”.
Sementara untuk KUR yang di BRI di akui sedang berjalan sampai dengan hari ini.
Kami menyarahkan sepenuhnya keputusan ada di BRI. HKTI hanya menyodorkan dan Pemerintah Kab.Lotim menyediakan propisal.
Hari ini program KUR dari pemerintah Kab.Lotim untuk ternak 15 juta per ekor tersebut terus berjalan dan mendapat apresiasi dari OJK dan BPK.
“Program yang di ulirkan HKTI NTB ini merupakan program Satu-satunya di Indonesia dan insyaallah program ini akan di adopsi oleh Kementerian Pertanian. pihak peneliti kementerian pertanian di akui Iwan, sudah datang ke kantor Bupati Lotim dan mendapat sambutan positif” tutupnya.
Bagai mana cara pengajuan dana ini