BEGIBUNG (Tradisi umum dijumpai di masyarakat Sasak) Oleh: Prof. Nuriadi Sayip
Terjemahan

Istilah “Begibung” adalah istilah bahasa Sasak Lombok yang mengacu pada aktivitas makan bersama. Acara ini biasanya dilangsungkan sebagai puncak kegiatan pesta berupa “begawe” atau “roah” yakni kegiatan pesta syukuran dengan mengundang tetangga, famili handai taulan, sahabat, dan kolega. Acara “begawe” umimnya mengacu pada acara pesta syukuran atas pernikahan dan khitanan. Kegiatan acara ini biasanya dilangsungkan secara besar-besaran dengan cakupan undangan yang besar. Sementara itu, acara “roah” mengacu pada acara pesta yang bisa disebabkan untuk berdoa (tahlilan), acara syukuran kenaikan pangkat, ataupun acara syukuran atas suksesnya panen padi, acara zikiran tujuh atau sembilan hari meninggalnya seseorang, dst. Kedua istilah ini menyiratkan pesta rakyat dan mencerminkan rasa syukur sekaligus memohon doa kepada Tuhan demi keberkahan serta keselamatan hidup.

Dalam rangkaian kedua kegiatan/acara tersebut, puncak acara diwujudkan dalam bentuk makan-makan bersama, yang disebutnya sebagai “begibung” tadi.

Dalam pelaksanaannya, ada beberapa model “begibung” yang biasanya dilakukan pada kegiatan “begabung” dan “roah” itu. Namun, hal yang perlu diketahui, acara begibung biasanya diadakan ketika acara doa atau tahlilan (zikir) sudah selesai dilangsungkan, yang melibatkan jamaah dan tamu undangan. Orang Sasak sangat mengutamakan berdoa sebelum acara makan-makan dilakukan. Ini pertanda orang Sasak sangat berusaha dekat dengan Yang Maha Kuasa.

Adapun model begibung itu adalah: Pertama, untuk tamu-tamu undangan yang dihormati seperti Tuan Guru, Kiayi, jamaah zikir, model.begibungnya disajikan dalam satu nampan besar dengan penutup nampan yang disebut “tembolaq” atau “temolaq” yang disajikan di depan mereka. Dalam nampan, ada nasi putih di piring, biasanya ditempatkan di tengah-tengah lalu dikitari dengan lawuh atau kandoq berupa masakan terbaik seperti masakan daging yang dimasak santan pedas, lalu ada ayam yang dimasak santan pedas, telur atau ikan yang dimasak serupa jua, disertai masakan ares (pohon pisang) yang dicampur tulang (bebalung), dan atau masakan nangka serta masakan cengeh (berupa campuran sayur mayur plus potongan gurita atau cumi dengan model masakan berkuah serta pedas).

Baca Juga :  Sandiaga Uno Diisukan Akan Turun Bau Nyale di Pantai Seger

Model penyajian begibung dengan pakai nampan seperti dipaparkan di atas umumnya disajikan: pertama, khusus untuk Tuan Guru atau Kiyai atau tsmu jndangan VIP disajikan untuk beliau hanya satu nampan saja. Sementara itu untuk para jamaah biasa disajikan satu nampan untuk dua orang atau kadang satu nampan untuk tiga oramg jamaah. Biasanya tatkala mereka makan bersama, biasanya pemimpin zikir (Kiayai atau Tuan Guru) yang membuka hidangan nampan itu terlebih dahulu baru diikuti oleh jamaah-jamaah yang lain. Demikian halnya ketika hendak selesai makan bersama atau begibung itu, kiyai juga yang memberi aba-aba untuk sama-sama menutup nampan dan cuci tangan bersama.

Setelah acara makan begibung berupa sajian makanan khas itu selesai, di.mana sajian-sajian nampan itu ditarik.atau diambil oleh “Ancangin” (petugas suka rela yang menjadi.seksi.sibuk pada acara tersebut), maka acara begibung berupa sajian jajanan.khas dan buah-buahan dihaturkan. Biasanya dihaturkan dalam bentuk nampan yang snagat besar. Sajian jajanan khas dan buah-buahan ini.pertama-tama dibuka oleh Kiyai atau Tuan Guru sebagai pemimpin zikir (tahlilan), lalu dibagi-bagi ke semua jamaah. Biasanya, sajian jajanan dan buah-buahan ini dihaturkan juga secara bersamaan dengan sajian minuman berupa.kopi dan teh kepada mereka. Ada juga acara yang menyajikan rokok juga secara bersamaan pada momen tersebut. Mereka semua menikmati acara begibung ini dengan duduk bersila di atas alas, bukan di atas kursi dan meja.

Baca Juga :  Tradisi menyalakan Lampu Jojor Malam Bulan Ramadhan

Kedua, model begibung kedua yang biasanya dilangsungkan di masyarakat Sasak yakni model begibung yang lebih merakyat dan bebas lagi. Ini diperuntukkan kepada tetangga atau masyarakat umum atau tamu undangan biasa. Mereka umumnya terlebih dahulu duduk berkelompok di lantai atau di halaman di bawah terop. Setelah itu, mereka secara bertahap dihaturkan sajian nampan-nampan makanan dengan menu masakan yang kurang lebih sama seperti diutaralan di atas. Hanya saja sajian untuk mereka tidaklah selengkap yang disajikan kepada Tuan Guru atau jamaah zikir pada model.pertama tadi. Terkait ini, bentuk sajian di dalam nampan, umumnya dua piring nasi, lalu dilengkapi tiga mangkok masakan lawuh, yakni masakan daging, masakan ares atau nangka, dan masakan telur. Mereka makan bertiga untuk.satu.nampan. Pada saat mereka.menikmati santapan, para petugas ancangin datang memberi tambahan nasi atau lawuh.

Baca Juga :  Konser Artis Ibukota Pada Malam Puncak Bau Nyale Ditiadakan

Ketiga, model.begibung untuk anak-anak atau tamu yang datang yang biasanya tidak.diundang.adalah mereka diminta terlebih dahulu duduk berkelompok (melingkar), lalu ancangin datang membawakan nampan yang berisi nasi yang ditaruh atau ditumpuk di tengah nampan yang biasanya dialas pakai daun pisang lalu.nasi itu sudah dituangkan kuah-kuah masakan, yang umumnya masakan daging, ares, telur,.dan masakan.lain ditaruh dipinggir tumpukan.nasi tersebut. Lalu.nampan.iti diberikan/ditaruh di tengah mereka. Setelah itu.mereka.akan makan bersama hingga mereka kenyang. Pada saat makan, beberapa.kali.petugas ancangin datang.memberi tambahan nasi dan lawuh.

Ketiga model ini, sekali lagi, umumnya bisa disaksikan di temgah masyarakat pedesaan di masyarakat Sasak.Lombok. Ketika model begibung ini bukanlah menunjukkan strata sosial, tetapi lebih pada upaya penunjukkan pada penghormatan atau “hospitality” pada ragam tamu yang datang di acara tersebut.

Dari bentuk model masakan saat acara begibung di.masyarakat Sasak, kita bisa.melihat bahwa masakan khas yang disajikan umumnya bercita rasa pedas dan bersantan untuk lawuhnya, sementara itu untuk jajanan khas yang disajikan umumnya bernama: jajan banget, jajan abuk, jajan cerorot, tekel, peyek, jajanan epangan, jajanan opak-opak, jajanan renggi, jajanan ore, yang disertai pisang dan buah-buahan lainnya. Ini sekali.lagi disajikan setelah acara begibung (makan nasj dan lawuh) sebagai “main course” selesai. Hikmah di balik begibung ini adalah dapat memperkuat ikatan kebersamaan, kekeluargaan dan silaturrahim di antara mereka. Sekian. Terima kasih.

Mataram-Lombok, 25 April 2025
#CatatanSpontan

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
terbaru
terlama terbanyak disukai
Inline Feedbacks
View all comments