Dari Sasak Lombok Gubernur NTB 2024 Adalah Moment of The Truth
Dinamika yang berjalan dalam kondisi politik NTB 2024 saat ini kalau diperhatikan sangat menarik dan lucu. Karna adanya lawakan politik yang digelar disana-sini. Dengan menggelar deklarasi pasangan, tapi pasangannya tidak ada dan belum siap. Kemudian dengan meyebarkan kalender Jilid 2 tapi bertepuk sebelah tangan, hanya sepihak belum ada kesepakatan dengan calon mempelainya. Ini adalah pragmentasi politik lelucon atau hanya sekedar gimmick untuk membranding khususnya Zul-Rohmy Jilid 2.
Ada kabar berita yang menyatakan bahwa “TGB tidak akan cawe-cawe untuk mendukung ZulRohmi Jilid 2 …”, penyataan ini cukup menarik dan ampuh mengkooptasi pikiran publik. Bahkan ada juga yang meragukan dengan mengatakan “… kalau sampai Partai Perindo mendukung itu artinya bahwa HM Zainul Majdi sebagai Ketua Umum NW DI dan Ketua Harian DPP Partai Perindo pasti ada mendukung, dan kalau itu betul adanya maka tidak ada kata lain lawan !!! …”, ini juga menarik untuk dikaji.
Memang mata politik NTB terus tertuju terutama memperhatikan gerakan tanpa bola yang dilakukan HM Zainul Majdi sebagai Ketua Umum NW DI dan Ketua Harian DPP Partai Perindo. Karena memang HM Zainul Majdi adalah penentu dari terjadinya atau tidak ZulRohmi Jilid 2. Kalaupun ini terjadi apa yang disangkakan publik bahwa HM Zainul Majdi sedang berupaya membranding ZulRohmi Jilid 2 khususnya untuk meningkatkan dukungan. Dengan menciptakan huru-hara politik menjelang deklarasi ZulRomi Jilid 2, agar menjadi pembicaraan dan konsumsi publik. Kemudian memframing Rohmi sebagai satu-satunya kandidat perempuan yang hebat untuk diperebutkan Ibarat Putri Mandalika yang diperebutkan para pangeran sebelum terjun ke lautan. Kemudian memblowup dengan luar biasa seakan-akan bahwa hanya Zulkieflimasyah lah pangeran hebat yang pantas mendampingi Rohmi si putri hebat tersebut.
Sebagai politikus HM Zainul Majdi pastilah cermat dalam berhitung setiap langkah politiknya. Namun mungkin saja dia alpa atau lupa bahwa langkah ini bisa diartikan berupaya mendowngreat calon yang lain yaitu tokoh luar biasa dan hebat yang dimiliki Suku Bangsa Sasak, sebut saja H. Mohan Roliskana, TGH. Suhaily, H. L. Gita Ariadi, H. L. Muhammad Iqbal, H. Sukiman Asmi, H. L. Fathul Bahri termasuk juga Dokter Asrul Sani. Yaitu dengan pencitraan minor bahwa tokoh / figur tersebut tidak pantas dan tidak layak untuk dipilih mendampingi Rohmi. Atau ini hanya soal bagaimana kemampuan memframing untuk menunjukkan impresi dan intensitas politik HM Zainul Majdi saja, atau mencoba menguji (test ombak) dan kuat kuatan semangat serta cara dalam membangun opini/ streotape.
Mungkin juga HM Zainul Majdi abai bahwa masyarakat NTB sekarang telah banyak belajar dan lebih cerdas dalam menyikapi perkembangan politik. Setelah keluar dari training politik bertaraf nasional yang bernama PEMILU 2024 yang baru saja bersama sama kita lalui. Publik NTB khususnya Warga Sasak – Lombok semakin peka dan awas dalam menyikapi situasi okestrasi politik. Bahkan tidak mempan dan tidak terpengaruh dengan diciptakannya momok yang bernama ZulRohmi jilid 2. Dan tidak berdampak ZulRohmi Jilid 2 menjadi virus untuk menghasilkan kontraksi politik yang menakutkan ditengah masyarakat. Termasuk dengan menciptakan titik gempa politik di NTB terhadap efek ekor jas (coattail effect) dari seorang H. M. Zainul Majdi. Memplotuist situasi dan keadaan sehingga akan memberi efek kejut seakan-akan HM Zainul Majdi begitu hebat sehingga mampu merubah atau menjadi penentu hasil Pemilukada NTB dan menjadikannya rujukan utama dalam pilihan dan keputusan publik khususnya dalam Pemilukada NTB 2024.
Kembali lagi masyarakat publik NTB khususnya warga Sasak – Lombok telah cerdas, peka dan pandai juga tidak akan terpedaya. Bahkan oleh okestrasi politik yang diciptakan HM. Zainul Majdi, termasuk dengan mendowngrade keberadaan pimpinan pimpinan Partai di NTB yang juga memiliki kebijakan dan basis dukungan yang kuat dalam menentukan arah politik di NTB. Langkah ini adalah langkah ironi dan langkah gugup yang dijalankan HM Zainul Majdi yaitu dengan menafikan keberadaaan Ketua ketua Partai di NTB berada dibawah pengaruh atau dibawah determinannya.
Mengingat kembali pertemuan Pemban Majelis Adat Sasak Maminda Drs. H. L. Azhar didampingi oleh seluruh komponen dan pengurus Majelis Adat Sasak di Mataram, bersilaturahim bersama dengan Ketua ketua Partai NTB. Pertemuan silaturahim tersebut adalah satu kejadian monumental dan bersejarah bahwa Ketua ketua Partai NTB tersebut (sebut : Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Gerindra, PKB, PDIP, PPP, PAN, dan PBB) bersama dengan Majelis Adat Sasak berikrar dan bersepakat dengan bulat menyatakan “Siap Mendukung dan Memenangkan Gubernur NTB dari Sasak”. Bahkan pada kesempatan itu dengan terharu dan berlinang airmata Ketua PPP NTB (Dane H. Muzihir) menyatakan “… saya hari ini terpanggil dan diakui sebagai bagian dari Suku Bangsa Sasak, dan saya nyatakan siap berjuang untuk Sasak …”.
Ini adalah Moment of the Truth bagi Suku Bangsa Sasak tidak terkecuali apakah dia itu adalah Ketua-Ketua Partai, Tuan Guru, Pimpinan Perusahaan, Pejabat Pemerintahan, Pedagang, Satpam, Guru, hingga Pelajar SMU/SMK sampai dengan penjaga toko dan warung pecel bahkan para Marbot untuk melanjutkan misi perjuangan ikrar tersebut untuk mendukung dan memenangkan GUBERNUR NTB dari SASAK.
Perjuangan ini bukan sekedar perjuangan primordialisme sempit, atau politik identitas semata. Bahwa ini adalah perjuangan untuk mengangkat kembali eksistensi dan Marwah Suku Bangsa Sasak – Lombok, dimanapun berada. Bahwa sebagai pemilik hak suara terbesar dan terbanyak hampir 80% di NTB, sepantasnya dan seharusnya memimpin NTB sebagai Gubernur NTB. Bahwa ini penting untuk diketahui oleh khayalak khususnya warge wargi Suku Bangsa Sasak – Lombok, dengan terbentuknya PPS (Provinsi Pulau Sumbawa) sebentar lagi, logikanya bila PPS terbentuk dan Gubernurnya adalah orang Sumbawa sendiri di tanah leluhur dan kelahiranya dan kemudian menjadi Gubernur juga di Pulau Lombok, apa kata dunia, Suku Bangsa Sasak dan Lombok akan menjadi tertawaan dan bulian dunia, dan pasti ini akan menjadi momok dan beban terberat Pelungguh tyang Suku Bangsa Sasak selamanya. Atau mungkin jadi, Pelungguh tyang akan tidak bangga lagi menyematkan nama SASAK di dada masing-masing, karna tidak berdaya dan tidak mampu menjaga dan mengangkat tinggi-tinggi Marwah Sasak.
Karna menjadi Sasak tidak saja diukur secara geneologis, atau apakah terlahir hidup dan menetap tinggal di Pulau Lombok “Gumi Sasak”, tapi lebih dari itu menjadi Sasak adalah manifestasi, cara pandang, cita cita luhur, keinginan, semangat dan daya juang untuk terus menjaga, merawat, membela, memajukan dan membangun Sasak Inklusif yang terbuka dan egaliter dalam arti luas. Sehingga dengan berani dan bangga untuk menyatakan “Dari Sasak – Lombok Gubernur NTB”.
Penulis :
Agus Marta Hariyadi
Pejuang/Pengurus Galih Sasak