AmpenanNews. Dewan Pimpinan Pusat Aliansi Sasak Indonesia (ASLI) angkat bicara terkait ajang balapan MotoGP yang akan berlangsung 13-15 Oktober 2023 di Lombok, kini mendapat sorotan dan protes dari berbagai pihak. Pasalnya Pihak ITDC dan Dorna selaku pemilik lisensi diprotes buntut dari flyer flyer yang beredar tidak memunculkan kekhasan Lombok sebagai lokasi even, tapi justru kekhasan Bali .
” Kita patut bangga Lombok menjadi pilihan terbaik, ini anugerah yang patut kita syukuri. Oleh karenanya, mari kita sukseskan motoGP tahun ini, dengan tidak lupa mengevaluasi penyelenggaraan MotoGP di tahun sebelumnya. Tahun kemarin, kita banyak bolong-bolongnya, di sana sini kita temukan beberapa kelemahan-kelemahan, mudah-mudahan tahun ini penyelenggaraannya akan lebih baik lagi,” ungkapnya dihubungi via sambungan telepon, L. Mas’ud Kholah Ketua Umum Aliansi Sasak Lombok Indonesia (ASLI).
Terkai dengan flyer yang backgroundnya pura yang itu bukan ciri khas Lombok, L. Mas’ud menambahkan sangat menyayangkan hal tersebut terpampang di sirkuit
“ Yaa itu juga salah satu kekurang pas menurut saya. Desain flyer yang beredar kurang memberi gambaran tentang Lombok. Semestinya apa yang menjadi daya tarik di Lombok, itu yang dimunculkan. Bisa wisatanya, bisa budayanya, bisa alamnya, dan banyak lagi icon-icon lainnya yang selama ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara,” sesal salah satu Doktor sasak tersebut.
Seperti diketahui Dorna melalui akun media sosial resmi motoGP baik melalui Instagram atau media sosial laiinya menampilkan Flyer yang lebih identik dengan pulau bali sementara perhelatannya di Pulau Lombok. Ini memantik reaksi beragam baik dari tokoh pariwisata ataupun tokoh adat dan budaya. Majelis Adat Sasak (MAS) melalui Surat Terbuka yang ditujukan ke pihak ITDC menyatakan protes dan keberatan atas flyer yang dirasakan kurang pas.
” Dengan ini MAJELIS ADATA SASAK atas nama masyarakat Suku Bangsa Sasak, Masyarakat Lombok – NTB dengan tegas menyatakan protes dan penolakan atribut, poster, baliho dan lainnya tanpa mengindahkan dan menonjolkan nilai – nilai budaya dan keraifan lokal masyarakat Lombok Suku Bangsa Sasak – NTB”, isi surat terbuka Majelis Adat Sasak (MAS) yang ditandatangai oleh Pengerakse DR. H. L. SAJIM SASTRAWAN, SH., MH.