Pengukuhan Tiga Guru Besar dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Oleh Rektor UIN Mataram
Terjemahan

AmpenanNews. Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram kembali mengukuhkan guru besar. Sebanyak 3 (tiga) guru besar dikukuhkan oleh Rektor UIN Mataram pada hari Senin (17/7/2023) di Auditorium Kampus 2 UIN Mataram.

Rektor UIN Mataram Prof. Dr. TGH. Masnun, M.Ag., secara langsung melantik Prof. Dr. Syarifudin, S.Ag., S.S., M.Pd. sebagai Guru Besar ke-29 Bidang Ilmu Teaching English as a Foreign Language (TEFL) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Prof. Dr. H. Maimun, S.Ag., M.Pd. sebagai Guru Besar ke-30 Bidang Ilmu Teknologi Pendidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Prof. Dr. Hj. Nurul Lailatul Khusniyah, M.Pd. sebagai Guru Besar ke-31 Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Dari pengukuhan ini maka jumlah Guru Besar yang dimiliki UIN Mataram telah mencapai 31 orang. Rektor dalam sambutannya menyampaikan, Selamat kepada tiga guru besar dan kepada keluarga besar yang mendampingi Semoga menjadi sedekah ilmiah bagi UIN Mataram dan peradaban.

“Ke pasar beli tomat dan opor, Ke Gapuk lewat Sekarbela, Selamat kepada tiga Profesor, Tetap tawadhu dan berkaya,” pantun Rektor UIN.

Para Guru Besar yang dikukuhkan pagi ini adalah para ahli waris keilmuan, sehingga dihadiri oleh keluarga besar, para guru dan guru besar sebagai tamu terhormat dalam walimah jami’ah.

“selanjutnya dalam waktu dekat ini akan ada calon guru besar yang akan dikukuhkan sehingga nantinya UIN Mataram akan memiliki 50 orang guru besar sesuai target, menjadi barakna haulahu”, jelas Rektor.

Rektor juga menyampaikan, bahwa untuk mendukung target tersebut UIN Mataram telah menetapkan berbagai kebijakan-kebijakan untuk mendorong percepatan Guru Besar. Salah satu kebijakan tersebut yakni dibentuknya tim percepatan peningkatan jabatan fungsional bagi dosen-dosen UIN Mataram, termasuk percepatan guru besar, lektor kepala, dan lektor. UIN Mataram juga berkomitmen untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang mendukung percepatan peningkatan jabatan fungsional.

Baca Juga :  UIN Mataram Kerjasama dengan Universitas BEOGRAD SERBIA untuk Akreditasi Internasional

Guru besar menjadi idaman akademis sebagai strata tertinggi di kampus. Untuk mencapai Guru Besar jalannya berliku-liku, menunggunya lama dengan antrian panjang, karenanya maraih guru besar patut disyukuri.

Demikianlah kita terlahir tidak paket jadi, ada proses pencarian untuk lahir sebagai prof. Sosok profesor sebagai gelar jabatan fungsional tertinggi dalam keilmuan, panutan dan menjadi referensi otoritatif.
Keberadaannya menjadi modal akreditasi unggul dan branding uin Mataram. Oleh karena itu, Profesor harus menjadi motor penggerak dalam mengembangkan dan melahirkan SDM yang bermanfaat untuk agama dan bangsa melalui UIN Mataram.

Dalam rangkaian kegiatan pengukuhan ini, masing-masing guru besar menyampaikan orasi ilmiahnya. Prof. Dr. Syarifudin, S.Ag., S.S., M.Pd. dengan judul Orasi Ilmiah “USING COMMUNICATION STRATEGIES IN TAKING TURNS SPEAKING ENGLISH AS A FOREIGN LANGUAGE”.

Prof. Syarif dalam orasinya menyampaikan strategi komunikasi atau communication strategies disingkat CSs dapat bermanfaat bagi siswa dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mereka dan juga dianggap sebagai hal yang memudahkan pembelajar ketika pengetahuan linguistik dan sosiolinguistik terbatas dalam menyampaikan dan memahami pesan dengan lawan bicara secara bergiliran berbicara.

Lanjut Prof. Syarif manfaat lain dari strategi komunikasi (CSs), seperti pengembangan kemampuan berbicara siswa dipengaruhi oleh kemampuan untuk menggunakan strategi komunikasi; dan mengarahkan siswa pada pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL) untuk belajar dengan memunculkan kata-kata
Target Language (TL) atau bahasa sasaran yang tidak diketahui dari lawan bicara.

Baca Juga :  BAWASLU RI Sambangi UIN Mataram dalam Program BAWASLU Ngampus

Prof. Syarif melanjutkan penggunaan strategi komunikasi dalam komunikasi lisan bukan merupakan indikasi kegagalan komunikasi, tetapi merupakan bagian dari penggunaan bahasa yang dapat sangat berhasil bagi pembelajar untuk mengatasi masalah komunikasi mereka untuk mencapai tujuan komunikasi.

Menurut Prof. Syarif, mengenai berbagai macam strategi komunikasi (CSs) yang digunakan oleh mahasiswa dewasa ini, sebagian besar berkesesuaian dengan strategi pencapaian yang dikemukakan oleh Tarone (1983) dan Faerch dan Kasper (1983). Siswa dapat menggunakan strategi-strategi tersebut dalam upaya untuk menangani masalah dalam komunikasi secara langsung dengan menggunakan alternatif untuk menyampaikan pesan. CSs memungkinkan siswa mengerjakan rencana alternatif untuk mencapai tujuan awal mereka dengan menggunakan sumber daya apa pun yang tersedia, strategi ini dianggap sebagai perilaku siswa yang baik.

Selanjutnya Prof. Dr. H. Maimun, S.Ag., M.Pd. dengan judul Orasi Ilmiah “Tanggugungjawab Pengajaran dan Pola Asuh di era digital 4.0 dan 5.0”. Mengawali orasi dengan menukil pernyataan Sayyidina Ali, “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”.

Saat ini kita berada di era digital atau era informasi, era industri 4.0 dan era society 5.0 era yang mempertemukan manusia dengan mesin. Menyadari hal ini, mendorong kita melakukan perubahan pola pendidikan dan pengasuhan.

Terlebih berdasarkan hasil penelitian bahwa pemakai internet di Indonesia sebanyak 229 juta dengan 80 persen pemakainya dari remaja dan pelajar, waktu yang digunakan 7-10 jam dengan separuh usia digunakan bergelut degan internet.

Menyikapi kondisi tersebut, menurut Prof. Maimun pendekatan pembelajaran dan pola asuh yang dapat ditawarkan yaitu melakukan inovasi melalui eksplorasi, kolaborasi, share, teladan, dan merayakan. Terminologi tersebut menjadi kata kuci dalam menjawab tantangan pendidikan di era digital.

Baca Juga :  Apel Nasional HSN 2023, PWNU NTB Gaungkan Menjayakan NKRI

Tambah Prof. Maimun derasnya pemakaian internet diibaratkan oleh para ilmuwan sebagai arus badai internet. Menurutnya, sikap yang ideal dalam merespon kondisi ini adalah memanfaatkan arus deras internet dengan menghasilkan energi, bukan sekedar memproteksi diri ataupun berdiam diri terbawa arus. Karena hanya ikan mati yang hanyut terbawa arus.

Lanjut Prof. Maimun, pendidik era digital harus ikut serta memberikan kontribusi melahirkan energi positif disertai penguasaan IT untuk mengisi portal digital dg materi agama, pembelajaran dan parenting. Bahwa sekecil apapun pengetahun yang di tuangkan di potal digital maka kebermanfaatannya menjadi besar. Terlebih lagi seluruh pembalajaran di era ini tidak lagi dicatat tapi tersimpan di android.

Prof. Dr. Hj. Nurul Lailatul Khusniyah, M.Pd., dengan judul Orasi Ilmiah “CRITICAL READING FOR CRITICAL THINKING: URGENSI MEMBACA KRITIS DI ERA DISRUPSI TEKNOLOGI DAN INFORMASI”.

Menurut Prof. Nurul, membaca kritis merupakan kemampuan untuk membaca konten dan memahami materi sekaligus menentukan apakah itu fakta atau fiksi. Membaca kritis memungkinkan pembaca untuk lebih dari sekadar memahami teks dan mengevaluasi argumen dalam teks.

Lanjut Prof. Nurul, pembaca seharusnya menerapkan skill, strategi dan metakognisi sehingga hasil akhirnya adalah pemahaman yang lebih baik dan kejelasan yang lebih baik. Rutinitas membaca dengan kritis akan menajadi sebuah kebiasaan dan secara perlahan akan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

 

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
terbaru
terlama terbanyak disukai
Inline Feedbacks
View all comments