SUMBAWA – Pembangunan smelter di Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat terus dikebut dengan menggelar sosialisasi di masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Minerba, proyek smelter dan precious metals refinery (PMR) diharapkan rampung pada Juni 2023 mendatang.
Untuk mendorong percepatan pembangunan smelter, Ormas Bengkas Maluk Nusantara (BMN) melakukan focus group discussion (FGD) terkait pembangunan smelter dan fasilitas pendukung.
Ketua BMN, Boy Burhanuddin Teta mengatakan BMN terus mendorong dan mendesak pemerintah dan pihak ketiga untuk merealisasikan pembangunan smelter dan industri turunannya.
“Karena di tengah sentimen dan pesimisme banyak kalangan soal pembangunan smelter, BMN sangat yakin dan optimis bahwa smelter pasti akan terbangun,” katanya, Sabtu, 2 Juli 2022.
Dia mengatakan, BMN lahir untuk masyarakat dengan komitmen yang selaras dengan program pemerintah. Beberapa sosialisasi sering dilakukan banyak pihak, namun belum menyentuh ke masyarakat lapisan bawah. Oleh karena itu, BMN mengumpulkan masyarakat di sekitar Kecamatan Maluk menggelar FGD.
“Kita memandang perlu adanya FGD, karena sering dilakukan sosialisasi tapi belum sampai ke masyarakat lapisan bawah,” katanya.
Sejauh ini telah tiga kali digelar FGD dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Kecamatan Maluk, dengan mengambil tema “Siapkah Masyarakat Menyambut Kehadiran Pembangunan Smelter Beserta Industri Turunannya?”
“Pelaksanaan FGD dilakukan secara sederhana dengan mengumpulkan masyarakat lapis bawah dan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama,” ujar Boy Burhanuddin.
Sekretaris BMN, Hamzah Hasan, mengatakan FGD pertama digelar di Kafe Borneo Desa Benete pada 30 Juni 2022 lalu dan yang kedua digelar di lokasi yang sama pada malam hari, dengan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat.
“Kita menghadirkan tokoh agama seperti Ustad Abdul Halim dan tokoh masyarakat, bapak Suryawan, dengan dihadiri 50 peserta,” katanya.
Kemudian, FGD ketiga digelar di Dusun Otakris, Desa Maluk pada 1 Juli 2022, yang dihadiri langsung Kades Maluk, Yuyun Yuliati, perangkat desa hingga warga setempat.
Hamzah menjelaskan, dari tiga kali pelaksanaan FGD, agenda diskusi terfokus pada kesiapan dan permintaan skala prioritas tenaga kerja sekitar kawasan industri.
Kemudian, peluang-peluang usaha yang sangat terbuka luas untuk percepatan pemulihan ekonomi pasca pandemi, peluang bermitra dan berafiliasi dengan PT Amman Mineral Industri (AMIN), dampak sosial budaya serta dampak lingkungan.
Dari tiga FGD tersebut, melahirkan tiga rekomendasi. Pertama, meminta Dinas Tenaga Kerja dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat agar dibuat skema khusus rekrutmen tenaga kerja disekitar kawasan pabrik smelter, Desa Maluk, Desa Bukit Damai dan Desa Benete.
“Kedua, meminta pemerintah desa agar segera melakukan pendataan ketat dan pemilahan skill dan non skill calon tenaga kerja pada desa masing-masing,” ujarnya.
Terakhir, mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar segera berbenah dan menyiapkan diri menyambut dimulainya pembangunan smelter, karena di Kecamatan Maluk akan terjadi lonjakan populasi yang berdampak baik bagi perputaran keuangan.
“Misalnya berdampak pada pemilik rumah kost, pedagang sembako, warung dan usaha kuliner, ojek dan jasa transportasi lainnya, petani sayur, peternak ayam pedaging dan petelur, nelayan, dan lain sebagainya,” ujarnya. (Tm)