Masuknya Alfamart di Desa Mangkung Dinilai Dapat Cekik Warung Kecil
Terjemahan

Lombok Tengah, AmpenanNews.com – Alfamart yang ada di Dusun Mangkung Daye, Desa Mangkung, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, dinilai dapat cekik pedagan warung setempat. Hal itu dikarenakan oleh akan ada potensi persaingan sengit antara pedagang kecil dengan prusahaan ritel moderen.

Para pedagang juga menilai bahwa masuknya ritel moderen di pedesaan ini akan menjadi ancaman baru bagi para pedagang selain Covid-19. Mengingat memang jika ritel moderen ini menjual barang secara lengkap walaupun menyatumkan harga yang berbeda dengan warung biasa.

Lalu Misbah, salah satu pedagang yang ditemui AmpenanNews.com mengatakan bahwa, pihaknya sebagai pedagang di desa setempat memang sejak dulu dengan tegas menentang rencana pembangunan apapun jenis ritel moderen yang hendak masuk ke desa mangkung.

“Dulu memang mereka (Pihak Alfamart) pernah meminta persetujuan dari kalangan pedagang. Tapi kita semua khususnya pedagang yang ada di dusun Mangkung daye ini sepakat untuk tidak menyetujui,” ungkap Misbah saat ditemui AmpenanNews.com di warungnya di dusun mangkung daye, kecamatan praya barat, Lombok Tengah, pada Senin (18/7/2022).

Misbah juga menyebutkan, dulu memang pihak alfamart sempat ada etikat baik untuk memberikan sembako kepada para seluruh pedagang warung yang berada di sekitaran dusun mangkung daye. Namun saat itu juga para pedagang menolak apapun jenis pemberian dari alfamat. Sebab mereka menduga itu hanya sebagai modus dari pihak alfamart saja.

“Bahkan dulu pihak dari alfamart ini pernah turun untuk memberikan sembako sebagai upah ke para pedagang atau apalah saya tidak tau. Tapi kita tolak dulu itu,”

Baca Juga :  Polsek Kuta bersama Sabara Polres Loteng Gelar Razia Gabungan

Bagi Misbah, pihak pedagang warung desa mangkung tidak pernah mempertentangkan orang yang hendak berdagang di desa mangkung. Hal itu dibuktikan jika saat ini desa mangkung sudah mulai diramaikan dengan menjamurnya pedagang kaki lima dari luar daerah.

Namun, kata Misbah, masuknya ritel moderen di pedesaan seperti desa mangkung saat ini dapat berpotensi mencekik pedagang warung. Yang mana para pedagang ini semulanya hanya mengharapkan pembeli dari warga sekitar. Sehingga, ketika ritel moderen masuk di desa, tentu itu akan menjadi ancaman baru bagi pedagang.

“Kami tidak pernah mempermasalahkan orang yang ingin berdagang di tanahnya sendiri, tapi jangan sekali kali itu orang di luar desa mangkung yang bangun seperti ini (Ritel Moderen red),”

Sekali lagi ia tegaskan bahwa, dalam kondisi saat ini, desa mangkung masih belum layak untuk dimasuki oleh ritel moderen. Mengingat kemampuan daya beli masyarakat yang terbilang masih rendah, sehingga itu dianggap sebagai ancaman baru bagi pedagang.

“Di desa mangkung ini tidak sewajarnya ada Alfamart, karena desa mangkung masih pedesaan dan banyak pedagang kayak kami ini. Kalau di tingkat kecamatan seperti penujak ndak ada masalah,”

Selain itu, pedagang juga mempertanyakan siapa aktor dari masuknya alfamart di desa mangkung. Mengingat setahun yang lalu tepatnya pada tahun 2021 memang sudah ada rencana akan masuk ritel moderen.

Akan tetapi saat itu kepala dusun merupakan orang yang paling getol dan tegas untuk menolak. Bahkan saat itu juga, cerita Misbah, kepala dusun mangkung daye berjanji kepada pedagang untuk siap berada di barisan terdepan untuk menolak adanya ritel moderen di sana.

Baca Juga :  Kedatangan Menhan RI disambut Danrem 162/WB di BIL

“Kami ini merasa tertipu daya dengan adanya alfamart ini, siapa yang memberikan izin dalam hal ini. Dulu kadus paling getol bilang akan menolak, tapi sekarang kok bisa berdiri,”

Senada dengan Misbah, Hajjah Sarla salah satu pedagang yang berlokasi tepat di depan alfamart tersebut menyebutkan bahwa, ketakutan pedagang warung saat ini akan banyak ritel moderen yang lain masuk di desa mangkung. Melihat di wilayah lain, ketika sudah ada berdiri alfamart maka otomatis akan ada juga warung moderen yang lain.

“Nggak setuju saya, kita yang sebagai pedagang kecil ini akan bagaimana nanti kalau sudah ada ini (Alfamart),”

Lebih jauh, Sarla menjelaskan juga jika yang akan dijual pada ritel moderen ini begitu lengkap walaupun memang harga akan berbeda juga dengan harga yang ada di warung biasa. Hal itu juga dapat menjadi ancaman berat dari persaingan antara warung biasa dengan ritel moderen.

“Ketakutan kita itu nanti kan yang dijual di sana itu kan lengkap, jadi otomatis orang akan belanja disana. Lalu kita yang pedagan kecil ini akan seeprti apa,”

Berbeda dengan pengakuan Misbah, Sarla mengaku jika pihak alfamart tidak pernah mensosialisasikan diri jika hendak mendirikan ritel di dekat warungnya. Bahkan, ia kaget ketika secara tiba – tiba bangunan sudah mulai dikebutkan.

“Saya ndak tau kalau akan ada Alfamart yang akan dibangun disini. Soalnya ndak ada pemberitahuan ke pedagang,”

Sebagai pedagang setempat, Sarla meminta kepada kepala desa untuk mengkaji ulang dampak kepada pedagang kedepannya. Dan ia juga meminta supaya dia tegas dalam memperhatikan nasib para pedagang warung.

Baca Juga :  Berantas Rentenir melalui Kredit tanpa Bunga Program Pemkab Lotim

“Saya meminta kepala desa untuk melihat dampaknya kedepan, kita minta juga kepala desa untuk tegas dalam hal ini,”

Menanggapi permasalahan itu, Kepala desa mangkung Lalu Fahrurrozi mengaku tidak dapat berbuat banyak dalam hal ini. Mengingat jika kapasitas pemerintah desa hanya dapat menerbitkan rekomendasi saja. Jika berkaitan dengan administrasi dan perizinan itu bukan wewenangnya.

“Kalau izin itu bukan wewenang kami di pemerintah desa, kita hanya mampu memberikan rekomendasi saja soalnya,” ucap Kades.

Selain itu, pria yang kerap disapa Rozi ini juga menegaskan bahwa, sejauh pengamatan yang ia lakukan di wilayah lain belum ada warung kecil yang tutup akibat adanya ritel moderen yang ada di sekitarnya. Bahkan ia menilai dengan adanya alfamart di desa mangkung ini akan mampu meningkatkan perekonomian di desa.

“Sejauh ini saya belum melihat ada warung kecil yang tutup karena ada alfamart. Contonya bisa kita lihat di penujak, tidak ada satupun warung yang tutup. Bahkan di sana (Desa Penujak) perputaran perekonomian sangat terlihat,” ujar Rozi.

Sebagi kepala pemerintahan di tingkat desa, ia harus bersikap dan melihat situasi tentu harus secara luas. Sehingga jika ada potensi dapat membawa danpak baik bagi desa, maka tidak ada alasannya untuk menolak dan mempermasalahkan itu.

“Kalau saya lebih melihat secara luas saja, jika itu baik maka akan saya lakukan. Toh juga ini dibangun di tanah mereka sendiri,” pungkas Rozi. (di)

 

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
terbaru
terlama terbanyak disukai
Inline Feedbacks
View all comments