AmpenanNews.com – Jaringan Pemuda dan Mahasiswa Nusantara (Japma) menilai pengerjaan proyek pengerukan eceng gondok yang ada di bendungan Batujai, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), Nusa Tenggara Barat (NTB) hanya sebagai “Lahan basah” pemerintah.
Untuk diketahui bahwa, aktivitas pengerjaan eceng gondok tersebut memang sudah sekian lama dilangsungkan. Namun sampai hari ini bukan berkurang, bahkan semakin bertambah.
Oleh sebab itu, menurut Ketua Jampa, Saidin Alfajari menilai bahwa, sangat penting pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara 1 untuk melakukan kajian ulang untuk mencari solusi dalam penanganan eceng gondok ini. Mengingat memang sejak beberapa tahun terakhir ini proyek tersebut rutin dikerjakan namun tidak pernah tuntas.
“Sudah beberapa tahun itu saja yang dikerjakan. Bahkan sejak saya masih SMA (Sekolah Menengah Atas red) namun sampai hari ini tidak pernah selsai di kerjakan. Oleh karena itu, ini (Proyek) sangat perlu dikaji ulang,” kata Saidin sapaannya, saat melakukan hearing di kantor BWS NT 1, pada Selasa (07/05/22).
Tidak itu, kedatangan Saidin berserta beberapa anggotanya saat ini hendak mempertanyakan sejauh mana prospek pengerjaan yang telah di lakukan BWS atas bendungan Batujai ini. Dengan sekema pengerjaan yang hanya dilakukan pada saat musim penghujan saja. Maka patut ia curigai bahwa memang dalam pengerjaan ini ada kong kali kong pemerintah untuk mendapatkan keuntungan
“Kami ingin mempertanyakn karena ingin tau sejauh mana pengerjaan proyek eceng gondok ini,” ujar Saidin.
“Pengerjaan eceng gondok ini sudah dilakukan sudah lama, tapi tidak pernah mendapatkan goal yang bisa kita lihat. Maka patut kami curigai bahwa proyek ini dijadikan “Lahan basah” bagi pemerintah,” lanjutnya.
Tempat yang sama, Pelaksana teknik BWS NT 1, Haji Sahnal saat menemui Japma di kantornya mengatakan bahwa, pengerjaan eceng gondok ini sudah dimulai sejak tujuh tahun yang lalu. Namun dengan luas genangan air yang begitu sangat luas, sehingga sampai saat ini belum dapat diselsaikan.
Tidak dijelaskan sampai kapan pengerjaan eceng gondok itu akan berakhir. Namun disatu sisi, ia mengakui bahwa pihaknya di BWS telah melakukan menurunkan sejumlah jenis alat berat untuk mengerjakan eceng gondok tersebut. Tidak hanya itu, BWS juga telah menekan kerja sama dengan para ahli yang ada di Universitas Mataram (Unram) suapya dapat dibantu untuk mencarikan solusi dari permasalahan itu.
“Mungkin sudah tujuh tahun kita sudah kerjakan. Tapi dengan luas genangan Bendungan Batujai ini lebih dari 100 hektare, jadi itu yang membuatnya agak lama,” kata Sahnal.
Kemudian, Sahnal juga menyebutkan bahwa, selain menurunkan alat berat. Pihaknya juga telah melakukan riset terkait dengan kegunaan eceng gondok. Sehingga saat ini pihaknya sedang membina tiga Kelompok Masyarakat (Pokmas) dari lingkup bendungan untuk membuat eceng gondok menjadi pupuk kompos.
“Bahwa dari hasil studi yang kami lakukan ternyata eceng gondok ini sangat bagus dijadikan sebagai pupuk organik. Sehingga sekarang kita sudah membina tiga pokmas yang menekuni pembuatan pupuk itu,” sebutnya.
Adapun pendapat ahli yang sudah ia dapatkan sejak itu, terkait penggunaan pestisida, namun itu juga tidak epekif. Sehingga metode pemakaian obat itu tidak dilanjutkan.
“Kita sempat pakai pestisida, tapi yang mati hanya ujungnya saja, sedangkan umbinya masih utuh segingga ini belum dapat selsai,” pungkasnya. (di)