AmpenanNews. Poros Muda Lombok Timur M. Ahwal Usri Yusro, memberikan penilaian terkait program Kampung inggris yang di launcing Bupati Kabupaten Lombok Timur pada 2019 lalu dengan harapan menjadi akselerasi percepatan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang pariwisata dengan anggaran yang cukup Fantastis, dimana untuk Tahun 2022 saja mendapat anggaran 2,1 Miliar rupiah.
Ide program ini memang bagus ucap Ahwal Usri Yusro, cuma sayang sekali dalam aplikasinya tidak seperti yang diharapkan.
“Jika kita ingin membedah lebih dalam kampung inggris ini sesungguhnya kurang tepat jika disebut kampung inggris, lebih tepat jika disebut lembaga kursus bahasa inggris, saya pernah beberapa kali melihat secara langasung aktivitas yang di lakukan di pusat study kampung inggris di Tete Batu pada hari peserta di sana berkeliling jalan-jalan di perkampungan dengan menghapal dan berbicara dengan bahasa inggris, itu normal saja karna memang bahasa inggri atau bahasa apapun mesti sering di ulang-ulang supaya kuat ingatannya” ucap Ahwal Usri Yusro
Lanjutnya, jika kita ingin ambil contoh kampung inggris di Pare, mungkin terlalu jauh, saya ingin coba mengajak Pemda Lombok Timur untuk bersafari ke beberapa pondok pesantren yang sudah lama menerapkan bahasa inggris bahkan bahasa arab sebagai bahasa keseharian mereka, salah satu contohnya pondok pesantren Ulil Al Baab NW gegek di Perian Kecamatan Montong Gading, pondok pesantren ini sudah menerapkan bahasa inggris dan bahasa arab sejak 1998 sampai hari ini. Sistemnya terus di perbaharui dari siswa, guru-guru hingga semua staf sampai di kantin sekolah semua menggunakan bahasa inggris untuk berkomunikasi.
Kembali lagi ke persoalan kampung inggris ulas Ahwal Usri Yusro, bagi kami program ini kami duga sudah salah dalam aplikasinya , mestinya program kampung inggris ini melibatkan seluruh elemen di Desa Tete Batu jika memang pusat study dan sample nya mau di ambil di sana.
Persoalannya kita bisa cek di lapangan langsung tidak semua pelaku pariwisata di tete batu mengerti bahasa inggris minimal bisa berkomunikasi lancar dengan wisatawan asing. Harusnya tokoh pemuda, tokoh masyarakat di ajak untuk membangun sistem itu secara bersama, sehingga program ini benar bisa disebut kampung inggris, logika sederhanya dari peserta yang di kampung inggris ini adalah pelajar dari berbagai sekolah yang belum tentu kedepan mreka berkecimpung di dunia pariwisata, disekolah pun bahasa inggris ini merupakan mata pelajaran wajib dan masuk mata pelajaran yang di ujian nasionalkan, sehingga jika sasarannya adalah pelajar kenapa tidak pemda dalam hal ini memperkuat kurikulum dan sistem pembelajaran itu disekolah-sekolah, study tour ke sekolah-sekolah yang sudah berjalan programbya sehingga bisa kolaborasi.
Atau program kursus bahasa inggris ini bisa dibuat di LLK selong pesertanya ya pelaku pariwisata sy kira lebih efisien dari soal anggaran dan sebagainya.
“Artinya pertanggung jawaban program ini bukan hanya soal anggrannya yang besar, tapi juga output dari program ini yang tidak memiliki kejelasan” ucapnya .
Belum lagi kita bicara soal klasifikasi peserta yang boleh ikut di kampung inggris ini juga bagian dari persoalan yang sampai hari ini belum ada penjelasan. Menurut sumber dari salah satu media kutip Ahwal Usri Yusro, peserta ini memiliki 80 peserta dari berbagai sekolah di lombok timur dan 2 peserta umum.
Sementara Dalam sambutannya Bupati Lombok Timur juga mengatakan bahwa semoga program ini bisa mendatangkan multy player efek berupa bergeliatnya ekonomi di Tete Batu hususnya dengan adanya kampung inggris, namun sejauh apa yang kami amati yang bergeliat ekonominya hanya pengelola program dengan beberapa warung-warung kecil disekitarnya yang kita pasti sudah bisa membayangkan secara gambalang kebutuhan apa saja yang dibutuhkan anak-anak ukuran SMP.
Jadi ide dasarnya soal membangun kemajuan pariwisata dengan menghadirkan kampung inggris ini kami menduga semacam keliru, dari itu Poros Muda Lombok Timur meminta bupati lombok timur untuk mengevaluasi program kampung inggris karena kami duga sudah gagal secara aplikasinya. Selain membuang-buang anggaran disisi lain program ini tidak punya target yang jelas.
Menyambung itu kritikan keras yang di lontarkan wakil bupati lombok timur bagi kami ucap Ahwal Usri Yusro, kami menduga ada proses komunikasi yang tidak berjalan dengan baik, sehingga komentar itu muncul, mungkin beliau H.Rumaksi memang tidak pernah di ajak dlberdiskusi soal itu tapi yang menjadi catatan mearik disini kami menduga soal relasi kuasa antara Bupati Lombok Timur dan pengelola kampung inggris, apakah melalui proses penunjukan langsung atau bagaimana itu juga perlu penelusuran yang lebih dalam. “Karna kami melihat tidak di libatkannya kelompok-kelompok pegiat pariwisata untuk mengelola program ini” ucap dugaannya.