Lombok Tengah, AmpenanNews.com – Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), melalui Dinas Pariwisata (Dispar) Loteng menyayangkan kosongnya pentas kesenian lokal saat penggelaran Mandalika Grand Prix of Indonesia di Sirkuit International Mandalika yang digelar pada 18-20 Maret lalu.
Momen langka dan bertaraf internasional itu semestinya banyak diisi oleh pentas kesenian lokal. Padahal, Nusa Tenggara Barat (NTB), sangat tidak kekurangan dengan seniman. Seperti gendang beleq, tari wuri bongi monca, dan tari samawa yang merupakan sangat pantas untuk diberikan panggung khusus.
Kadis Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), Lendek Jayadi, saat dikonfirmasi AmpenanNews.com via whatsapp mengatakan, pihaknya sangat menyayangkan sikap Mandalika Grand Prix Association (MGPA) yang tidak memberikan panggung kepada para pelaku kesenian lokal, khususnya para seniman Lombok Tengah.
“Amat disayangkan MGPA tidak banyak mengakomodir (Menampilkan red) pentas seni budaya daerah setempat di area event MotoGP,” Kata Lendek Jayadi, Senin (28/03/22).
Tidak hanya itu, Lendek Jayadi juga menyebutkan bahwa, dari penamaan Sirkuit Mandalika itu sendiri merupakan branding dari kebudayaan kental masyarakat sasak, khususnya masyarakat lingkar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
“Padahal mandalika adalah branding event budaya dari bau Nyale Putri Mandalika,” sebut Lendek.
Kemudian, Lendek berharap kedepannya supaya pihak MGPA lebih jeli lagi untuk melihat apa yang harus ditampilkan saat event besar digelar. Menurutnya, warna budaya lokal merupakan sebuah nilai jual tinggi pariwisata, terlebih budaya merupakan aset yang harus tetap dijaga kearifannya.
“Atraksi dan pertunjukan seni budaya seyogyanya mengisi event perhelatan MotoGP, karena warna budaya menjadi ciri khusus pariwisata di kawasan mandalika dan budaya adalah merupakan aset yang bernilai tinggi dan tidak akan habis sepanjang masa,” tutup Lendek.(DI)