AmpenanNews. Pra musim MotoGP tahun 2022 yang dilaksanakan di sirkuit mandalika, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), Nusa Tenggara Barat (NTB) sukses digelar. Namun disisi lain, penggelaran itu belum berdampak maksimal kepada warga setempat. Sehingga, hal itu perlu dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh pemerintah daerah (Pemda) dan Indonesia Tourism Development Coporation (ITDC) yang sebagai pengelola kawasan ekonomi khusus (KEK Mandalika) kedepannya.
Free Season MotoGP yang dilaksanakan selama tiga hari itu ternyata tidak memberikan efek besar bagi warga setempat. Bagaimana tidak, dengan adanya pembangunan bertarap internasional itu tentu seharusnya akan membawa efek yang luar biasa bagi warga lokal khususnya di bidang penyerapan tenaga kerja. Namun sayang nyatanya belum dirasakan sepenuhnya. Sehingga hal itu sangat perlu menjadi bahan evaluasi para pemangku kebijakan sebelum terselenggarakannya Rice MotoGP pada marat mendatang.
Alus Darminah, warga sekaligus ketua forum badan permusyawaratan desa (BPD) Kecamatan Pujut menilai masih banyak yang perlu menjadi atensi pemerinntah daerah dan pihak ITDC kedepan. Terutama, bagaimana pemerintah harus lebih memberikan ruang kepada para pemuda setempat sebagai pekerja di dalam sirkuit tersebut.
Baginya, dalam penggelaran pra musim MotoGP yang dilakukan sejak tiga hari yang lalu itu, mampu menjadi bahan cerminan pemerintah, dengan melihat masih banyakanya para pemuda kecamatan pujut yang hanya sebagai penonton di daerah sendiri. Ia juga mengatakan, saat ini masih banyak para pemuda kecamatan pujut hanya sebagai penghirup asap kanalpot alat berat, dan debu proyek pembangunan saja.
‘’saya sadar kalau orang petinggi di ITDC orang luar, tapi jangan dong seenaknya membuat para pemuda lokal dijadikan sebagai penonton saja. Masak sekelas security aja harus didatangkan dari bali, emang di Lombok ini tidak ada yang bisa?,’’ Katanya, Minggu (13/02/22).
Tidak hanya itu, Alus menyebutkan bahwa, penggelaran Idemitsu Asia Talent Cup (IATC), dan World Superbike (WSBK) lalu cukup dijadikan sebagai pembelajaran kita. Jangan sampai hal hal tersebut terjadi lagi pada Rice MotoGP nanti. Kalau memang para pemuda lokal ini belum mempunyai skil dan pengalaman berkerja, maka seharusnya itu menjadi tugas pemerintah untuk membina mereka.
‘’kalau mereka tidak punya skill, maka itu menjadi tugas pemerintah untuk melakukan pembinaan terhadap masyarakatnya. Biar tidak dikit-dikit orang luar, kita juga mampu kalau diberikan akses dan informasi,’’ sebutnya.
Kemudian, Alus menegaskan, pemerintah dan ITDC ini seharusnya juga lebih mengutamakan para pemuda yang berasal dari dua Dusun yang habis tergusur saat pembangunan sirkuit itu. Yakni, Dusun ebunut, dan Dusun ujung, Desa kuta, untuk lebih diutamakan. Sebab, harapan mereka saat pembebasan lahan pada saat itu harus dipekerjakan di sirkuit mandalika.
‘’paling tidak mereka lebih diutamakanlah, kita juga tau kalau tempat tinggal mereka habis digusur waktu itu. Sehingga besaar harapan kami untuk mereka (Pemuda dua Dusun) lebih di prioritaskan sebagai pekerja,’’ tegasnya.
‘’siapa saja boleh berkerja disini (Sirkuit rednya), kami tahu sirkuit ini bertarap internasional. Tapi utamakan pemuda kami, itu saja yang kami harapkan,’’ tutupnya.