AmpenanNews. Kemiskinan dan difabel momok bagi masyarakat dimulai dari rumah sederhana berdinding setengah tembok dan setengah bedek itu, nampak sepi saat tim Ampenan News berkunjung yang di temani oleh Kepala Dusun Tamba Bat Desa Semaya Kecamatan Sikur, Lombok timur Syamsul Maarif.
Anita Yustina ( 15 ) sudah dua bulan ini mengalami kelumpuhan secara tiba tiba tanpa mengetahui apa penyebabnya. Dia tiba tiba lumpuh dan merasa lemas di bagian pinggang kebawah.
Tim LIDI Foundation yang mencoba mengeceknya masih belum bisa mengetahui penyakit apa yang di derita oleh Anita, namun setelah berdiskusi dengan salah seorang teman yang sedikit mengetahui ciri ciri Paraplegi yang di sebabkan oleh virus, yang membuat pembuluh darah atau kanker di saraf tulang belakang, membuat perkiraan sementara kearah yang di derita anita adalah praplegi.
Namun hasil pastinya akan segera di ketahui setelah Kepala Dusun dan Tim yang lainnya melakukan pemeriksaan lanjutan ke dokter syaraf senin besok.
Di sisi lain dari kehidupan Anita yustina sangat miris karena hidup di bawah garis kemiskinan dengan penghasilan keluarga di bawah 20 ribu perhari dan itu masih kadang kadang.
Ini karena ibunya adalah seorang buruh tani musiman, sementara ayah Anita Yustina pergi meninggalkan mereka sejak usia 1 tahun. Sejak saat itu yang menjadi tulang punggungnya dalam keluarga ini adalah sang ibu.
Menjadi masyarakat miskin memang bukan sebuah pilihan, namun sebuah takdir. Tapi bukan berarti yang lainnya bisa semena mena memperlakukan hal yang kurang baik terhadap mereka.
Seperti Anita misalnya. Dia harus berhenti sekolah di kelas 4 SD karena tak tahan dengan Buliying yang di lakukan oleh teman temannya karena kemiskinan yang di deritanya.
Penampilan saat kesekolah terkadang harus memakai seragam yang lusuh karena sekian tahun tak di ganti, kejadian ini terus berlaku padanya sampai usianya 15 tahun.
Sementara itu, keluarga ini tak pernah sekalipun menerima bantuan dalam bentuk apapun dari pemerintah.
Bahkan BPJS sebagai sarana untuk mengakses Kesehatan saja tak di miliki, ini di akui oleh Kepala Dusun syamsul Maaruf yang baru bertugas sekitar satu tahun yang lalu.
Namun dengan sigap pak kadus ( biasa beliau di panggil ) dengan sigap memasukan keluarga Anita di Data BDT desa supaya jika ada program dari pemerintah keluarga ini bisa mendapatkan bantuan.
Bahkan untuk mengurus keperluan Anita ke Rumah sakit, dengan Sigap beliau langsung menangani.
“ sebagai kepala dusun yang baru bertugas memang kita belum mengetahui kondisi masyarakat secara utuh, namun kami tak tinggal diam. Bahkan anita juga sudah kita usahakan untuk mendapatkan bantuan dari dana desa “ jelas pak Kadus ini dengan ramah.
“ walau kami belum tau di mana kendalanya, namun kami masih mecari jalan keluarnya terkait masih banyak warga kami yang layak mendapatkan bantuan dari pemerintah namun tak terdata. Kami Bersama kepala desa akan mengupayakan yang terbaik buat warga kami sendiri. Makanya kami juga mengundang LIDI Foundation untuk diskusi terkait hal ini terutama masalah social dan difabel yang masih banyak yang membutuhkan perhatian dari berbagai Lembaga “ lanjutnya. (ws )