AmpenaNews. Pemerintah Provinsi NTB terus mendukung progres pembangunan smelter dan industri turunan PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (PT AMNT) yang berlokasi di Teluk Benete dan Benete Selatan, Kabupaten Sumbawa Barat.
Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, mengungkapkan bahwa pemerintah daerah terus mensupport agar pembangunan smelter dapat segera terealisasi. Baik itu terkait dengan perijinan, perubahan alih fungsi pelabuhan dan sebagainya yang mendukung proyek smelter dan industri turunan PT. AMNT.
“Informasikan kepada kami apa yang harus dilakukan, sehingga betul-betul rencana dari mulai diambil oleh EPC kontraktor pada bulan juni atau juli 2021 tidak mundur lagi,” tutur Bang Zul sapaan akrab Gubernur NTB kepada PT. AMNT pada acara Evaluasi Progres Rencana Pembangunan Kawasan Industri Sumbawa Barat yakni Smelter dan Industri turunanya di Ruang Rapat Utama, Jumat (09/04).
Untuk memastikan keseriusan pembangunan smelter, Bang Zul juga mengusulkan agar kawasan industri KSB mulai diinisiasi oleh Pemprov atau Pemda KSB. Dengan adanya inisiatif ini diharapkan nantinya PT AMNT dapat fokus memulai progres proyek smelter dan industri turunan.
“Kawasan industri misalnya, kita inisiasi dari Pemprov atau Pemda KSB, supaya memancing keseriusan dari PT AMNT untuk pembangunan smelter,” tutur Bang Zul.
Senada dengan Gubernur, Bupati Kabupaten Sumbawa Barat, Dr. Ir. H. W Musyafirin, terus mendorong PT. AMNT utuk dapat mengeksekusi pembangunan smelter dan industri turunan.
“Kami ingin bagaimana kita sama – sama wujudkan smelter dan industri turuanannya segera dilaksanakan. Apa yang menjadi urusan kewenangan kita betul – betul kita tuntaskan, sehingga tidak ada celah bagi perusahaan untuk menunda,” jelasnya.
Sementara itu, Rachmat Makkasau, Presiden Direktur dari PT AMNT, menjelaskan bahwa kondisi pandemi Covid – 19 mengharuskan tertundanya proyek pembangunan smelter yang seharusnya selasai pada tahun 2021 tetapi mengalami perubahan menjadi tahun 2023.
“Kondisi pandemi mempengaruhi penentuan harga, kami melakukan negosiasi dan sebagainya tidak bisa dilakukan, sehingga terjadinya kemunduran selama satu tahun dan kami melakukan penyesuaian,” ungkapnya.
Selain itu, smelter yang awalnya akan dibangun dengan kapasitas pengolahan sebesar 1,3 juta ton per tahun juga berubah menjadi 900 ribu ton per tahun.
“900 ribu ton pertahun sesuai dengan produksi Amman Mineral untuk jangka panjang. Sebelumnya kita buat 1,3 juta ton dengan harapan bisa mengimport konsentrat dari tempat lain,” tuturnya.
Rahmat pun mengaku bahwa perubahan rencana ini telah disetujui oleh Pemerintah Pusat pada tanggal 31 Maret 2021.
“Alhamdulillah, perubahan rencana sudah disetujui oleh pemerintah pada tanggal 31 Maret 2021 dengan berbagai macam usulan dan tawar menawar dari sisi perencanaan proyek,” pungkasnya. (ser@Diskominfotik)