Terjemahan

Ampenan News. Anggota Komisi VIII DPR RI, HM Syamsul Lutfi mengatakan, wacana yang dilontarkan Menteri Agama Fachrul Razi terkait larangan penggunaan Niqab atau Cadar dan celana cingkrang di kalangan ASN pemerintahan, hendaknya dikaji terlebih dahulu.

“Karena ini menyangkut Agama, dan bisa menimbulkan persepsi yang berbeda-beda, hendaknya wacana seperti ini dikaji dulu. Tidak bisa serta merta diterapkan,” kata HM Saymsul Lutfi, legislator Partai Nasdem dan Dapil NTB II/Pulau Lombok.

HM. Syamsul Lutfi menegaskan, wacana tersebut harus dikaji mendalam dengan melibatkan Tokoh Agama, Alim Ulama, dan menjaring aspirasi dari seluruh Pemda dan masyarakat di daerah.

Karakteristik dan budaya masyarakat di Indonesia sangat beragam dan memiliki kearifan lokal masing-masing, yang tidak boleh dinafikan pemerintah pusat dalam mengambil kebijakan paparnya.

“Karena persoalan ini menyangkut urusan agama maka sangat baik pula bila kita bicarakan juga dengan para tokoh agama, sebelum wacana tersebut benar-benar diterapkan agar masyarakat menjadi tenang dan tidak terjadi apa apa yang kita khawatirkan,” kata Lutfi.

” jika Niqab atau Cadar dan celana cingkrang dikaitkan dengan radikalisme dan terorisme maka hal tersebut menjadi sebuah kekeliruan besar.” Tegasnya.

“Tindakan radikalisme apalagi terorisme sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama atau etnis tertentu, bila ada yang memiliki pandangan bahwa terjadinya radikalisme faktornya adalah agama tertentu maka pastilah itu pandangan yang keliru dan harus kita luruskan karena tindakan radikal bisa saja dilakukan oleh siapapun penganut agama manapun bahkan oleh oknum yang tidak beragama sekali pun,” tegasnya kembali.

Baca Juga :  Polda NTB Gelar Sholat Idhul Adha 1441 H di Lapangan Gajah Mada

Syamsul Lutfi yang juga kakak kandung Tuan Guru Bajang (TGB) menekankan, bahwa tindakan radikalisme lebih banyak dipicu oleh kesenjangan ekonomi dan ketimpangan sosial.

“Kelompok mereka yang merasa belum mendapat perlakuan yang adil dari pemerintah,” tegasnya lagi.

Menteri Agama hendaknya lebih berfokus dalam membenahi jajarannya secara internal dan lebih banyak mendengar tentang masukan dari berbagai pihak daripada mngeluarkan statement yang kontroversial.

“Benahi dulu di internal Kemenag, kan masih banyak hal yang harus jadi fokus Menag untuk pembenahan internal, tidak gampang loh untuk bisa segera menyelesaikan berbagai masalah internal yang ada selama ini” tukasnya.

Seperti diketahui, Menteri Agama Fachrul Razi menyindir masalah busana di instansi pemerintah, dan berencana melakukan larangan cadar atau niqab masuk ke instansi milik pemerintah. Fachrul juga menyinggung penggunaan celana cingkrang di kalangan aparatur sipil negara (ASN).

Hal itu ia sampaikan saat memaparkan visi kerja dalam Rapat Koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) pada Kamis lalu.

Statemen Fachrul langsung menjadi viral dan menuai banyak reaksi dari masyarakat.

Baca Juga :  Tingkatkan Kondisi Sanitasi dengan Penyediaan Sarana Fisik dan Pemberdayaan Masyarakat

Sementara itu, dikonfirmasi terpisah, Wakil Ketua Umum Badan Koordinasi Muballigh Indonesia (BAKOMUBIN) Tuan Guru Fauzan Zakaria mengatakan, jika benar ada wacana pelarangan niqab dan celana cingkrang di lingkungan ASN, maka hal tersebut menjadi blunder buat pemerintahan Jokowi -Ma’ruf.

Selain itu, juga bertentangan dengan konstitusi Indonesia yakni UUD 1945 serta tidak friendly dengan hak azazi manusia.

TGM (Tuan Guru Milenial ) Fauxan Zakaria, LC.bersama Kapolda NTB

“Masyarakat sudah sangat jenuh dengan kegaduhan politik pra dan pasca Pilpres baru-baru ini, dan kini situasi sudah aman dan kondusif maka mari kita jaga kondisi ini, agar pemerintah bisa fokus bekerja, jangan melontarkan wacana kebijakan yang justru kontra produktif dan berpotensi menciptakan kegaduhan baru ditengah masyarakat,” kata Tuan Guru Fauzan Zakaria.

Ia menyatakan, pihaknya yakin Presiden Jokowi pun tidak senang bila ada pembantunya dari kalangan Menteri yang berpotensi menghadirkan kebijakan yang menyuplai kegaduhan.

Lebih jauh, ulama muda kharismatik dari Lombok ini menegaskan, tidak ada kaitannya gaya berbusana dengan tindakan radikalisme apalagi terorisme.

“Tidak ada yang sepakat kalau radikalisme dan terorisme dikaitkan dengan gaya busana, atau agama dan etnis tertentu. Ini sangat tidak subtantif. Apalagi Pasal 29 ayat 1, pada UUD kita sangat jelas soal kebebasan menganut dan menjalankan ajaran agama, undang undang menjamin hal itu,” katanya.

Baca Juga :  TMMD 108 KSB, Warga Anggap TNI Adalah Keluarga

Fauzan yang populer disapa Tuan Guru Millenial mengatakan, tindakan seseorang tidak identik dengan pakaiannya, maka terlalu jauh bila negara melarang niqab dan celana cingkrang dengan alasan radikalisme dan keamanan.

“Saya rasa itu keliru, bila dijadikan sebagai program prioritas dalam seratus hari Menteri Agama yang baru,” tandasnya.

Ia berharap agar jajaran Komisi VIII DPR RI dapat mengingatkan mitra kerjanya dalam hal ini Kemenag RI secara intens, agar dapat membuat kebijakan prioritas yang sangat diharapkan masyarakat.

“Saat ini yang paling prioritas yang kita butuhkan di tengah masyarakat adalah persatuan, persaudaraan yang kuat, toleransi yang tinggi antar ummat beragama, perdamaian antar seluruh golongan dan etnis. Maka berbagai program yang dapat mempercepat terwujudnya hal itu yang harus diprioritaskan Menteri Agama, untuk itu kami mohon DPR RI memberikan masukan kepada Kemenag RI,” pungkasnya.

Di lain sisi, Menteri Agama Fachrul Razi membantah dirinya akan menertibkan larangan penggunaan niqab atau cadar dan celana cingkrang masuk ke instansi pemerintah.

Fachrul mengatakan dirinya hanya sebatas mengeluarkan rekomendasi.

“Saya enggak berhak dong, masa Menteri Agama mengeluarkan larangan. Enggak ada. Menteri agama, paling-paling merekomendasi,” tukas Fachrul saat dikonfirmasi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta. Anr.

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
terbaru
terlama terbanyak disukai
Inline Feedbacks
View all comments