Terjemahan

Ampenan News. Ketua Umum Organisasi Ikatan Alumni al-Azhar (OIA) Cabang Indonesia Dr. KH. Muhammad Zainul Majdi.,MA mengisi acara Seminar Kebangsaan dengan tema ‘Indonesia Kita: Harmonisasi Keberagaman di Era Disruption 4.0’ di Universitas Kristen Indonesia di Jakarta, Senin (14/10/2019).

Dalam kesempatannya, Ulama yang biasa dipanggil Tuan Guru Bajang (TGB) ini mengungkapkan bahwa keberagaman yang harmonis di Indonesia ini tidak lahir begitu saja. Harmonisasi dalam keberagaman ini adalah hasil perjuangan.

“Kita harus menyadari dalam bentuknya yang sekarang ini bukan terjadi yang tiba-tiba datang saja. Ujug-ujug memiliki keberagaman. Indonesia ini adalah akumulasi perjuangan sudut nusantara. Dengan khazanah kearifan lokal. Lalu lahirlah Indonesia. Yang memiliki perjalanan bangsa,” terang TGB.

Ketua Umum Dewan Tanfidziah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (DT PBNW) yaitu organisasi Islam terbesar di NTB ini mengatakan bahwa UKI adalah kampus yang sangat dinamis. Tidak heran bagian dari dinamika kerjasama dengan Kunci Institute. Dalam rangka menjaga keberagaman dan harmonisasi di era disruption.

Baca Juga :  Tidak Kenal Libur, Danrem 162/WB Terus Pantau Proses Pencairan Dana

Generasi kita saat ini, lanjutnya, antara hidup di Indonesia di era awal 2002. Jauh sekali dengan masa masa diperjuangkan secara fisik.

“Kita sudah difasilitasi infrastuktur dan suprastruktur negara. Bahwa yang kita nikmati bukanlah sesuatu yang seharusnya. Tapi Indonesia itu suatu titik hasil kolaborasi anak bangsa. Bahwa ketika seluruh generasi bekerja bersama sama,” kata TGB.

Tokoh nasional yang pernah menjabat sebagai Gubernur NTB selama dua periode ini memaparkan proses harmonisasi dalam keberagaman yang terbentuk di Indonesia.

“Maka kemudian 17 agustus lahirlah Indonesia. Harmonasi itu adalah kata kerja. Indonesia ini lahir dari kata kerja. Lahir dari kerja kerja kolektif. Maka saya berharap generasi saat ini betul betul memahami bukan hasil pemberian tapi takdir yang diwujudkan oleh kerja kolektif. Maka saat ini merawat dan memajukan Indonesia membutuhkan kerja kolektif,” tuturnya.

Baca Juga :  160 Unit Bantuan RTLH Akan Tersebar di Sepuluh Kecamatan di Loteng

TGB mengukapkan betapa beragamnya latar belakang pemikiran para founding fathers di Indonesia, namun dapat bersatu dengan mengenyampingkan kepentingan kelompoknya.

“kalau orang-orang madhzab pemikiran yang berbeda beda ini berkumpul dan berargumen untuk kepentingan kelompoknya dan kelompoknya paling benar. Maka tidak mungkin lahirlah Indonesia, namun, kita lihat tokoh bangsa yang beragam, meletakkan dasar negara Indonesia, mencari titik temu kesepakatan dan konsensus untuk kemaslahatan bangsa,” jelas TGB.

Ulama lulusan al-Azhar inj mengajak para peserta seminar yang hadir untuk mewarisi hasil kerjasama bangsa serta meningkatkan niat baik untuk menjaga keutuhan bangsa dalam keberagaman.

“Semua guratan tangan dan langkah kaki kita harus berkontribusi untuk kemajuan bangsa Indonesia. Kalau tidak bisa berkontribusi minimal jangan melemahkan kekuatan bangsa Indonesia,” tutupnya

Baca Juga :  Berdalih Kurang Saksi, Polresta Mataram Tolak Laporan Wartawati Korban Penggebukan

Direktur Kunci Institute M Kharisul Ilmi mengatakan, selain menguatkan SDM, lembaga ini sebagai wadah bagi anak muda Indonesia untuk terus merajut kebhinnekaan dan persatuan. Kunci Institute ingin mengajak generasi muda mencintai Indonesia dengan keberagaman. Perbedaan adalah intangible, kekayaan tak terlihat yang dimiliki Indonesia. Menjadi sebuah keharusan bagi anak bangsa merawatnya.

Hadir juga dalam acara tersebut, Staf Menristekdikti KH Abdul Wahid Maktub. An005.

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
terbaru
terlama terbanyak disukai
Inline Feedbacks
View all comments