Ampenan News. ” Data gempa 1960 hingga sekarang di selatan lombok-sumba ini membuktikan bahwa gempa signifikan yang terjadi di zona megathrust dan zona outer rise tampak lebih aktif zona outer risenya. Apakah gaya tekan lempeng australia ke basemen sunda kecil (bali – nusra) sudah loyo? ” di Halaman media sosialnya Profesor Daryono BMKG.
Lihatlah ada tiga unsur tektonik di zona ini, yaitu zona megathrust, outer rise, dan flores thrust…tapi ternyata yang paling galak adalah flores thrust, kemudian disusul zona gempa di outer rise dengan gempa sesar normalnya, mana gempa megathrustnya? Tidak nampak, sambung beliau dalam statusnya.
” Lihat kartun sistem subduksi yang sudah mengalami roll back ini..Gaya tekan (kompressi) melemah. Potensi deformasi potensi terjadi di tekukannya (ekstensional) sehingga mengapa bali ke timur gempa megathrust nya sepi” sambung beliau.
Dilain Kesempatan Kepala BMKG Mataram Agus Riyanto , dalam konfrensi pers terkait mitigasi bncana, Kamis (4/7/2019), menyatakan sebelumnya Profesor Geologi dari Amerika, Ron Harris menyampaikan hasil kajiannya yang menyatakan bahwa Gempa Megathrust berpotensi terjadi di patahan selatan pulau Lombok, “Jadi di wilayah selatan pulau Lombok, bukan di Lombok Selatan”, Jelas Agus.
Lebih diperjelas lagi Kepala Biro Humas Provinsi NTB, bahwa Ron Harris tidak menyebutkan secara spesifik lokasi tempat terjadinya gempa, ” Profesor Ron Harris hanya menjelaskan di wilayah selatan Lombok, dan seperti yang kita ketahui, Patahan Megathrust di selatan itu membentang dari ujung barat pulau Sumatera hingga di dekat Papua, jadi di wilayah itu di mana pun bisa terjadi”, Tegasnya. AL007.